Sabtu, 04 Desember 2010

Pleidoi I

Hidup mesti berubah. Itu merupakan hakekat. Hidup mengaliri kepada kita banyak pelajaran berharga. Ada senang, susah, gembira, kecewa, putus asa, rindu, bahagia, dan berjuta rasa lain yang membuat hidup semakin semarak. Terkadang kita menjalani begitu saja hidup yang demikian. Tak ada refleksi dan kita lupa untuk belajar maupun bersyukur.

Aku mungkin "Asmat" dalam masyarakat modern ibukota. Aksesku terbatas dan duniaku pun tak luas. Saat mereka bahagia dalam kategori modern ibukota, aku tak sekalipun iri karena aku juga memiliki pilihan untuk merasa bahagia. Bahagia adalah hak yang setiap orang pantas dapatkan.

Aku asing dalam setiap langkah zaman, tetapi aku menyatu dengannya. Kita dengan apapun kondisi maupun latar belakang selalu punya pilihan untuk merasa bahagia. Merasa bahagia itu terlepas dari kategori-kategori, walau kita punya sejuta alasan mengapa merasa bahagia.

Dahulu ayah sering berkata, "Jangan sekedar pandangi langit, jangan berlama-lama mendongakkan kepala ke atas. Lihatlah ke bawah, ada bumi yang kau pijak. Tidak ada apa-apa dilangit selain akan membuatmu merasa sombong".

Ya, tidak ada apa-apa di langit selain awan dan bintang. Hanya ada impian-impian yang kau gantungkan di atas sana. Seringnya kau lupa untuk meraihnya kembali. Kau terpukau sedemikian dalam hingga tak melangkah kemana pun. Aku menunduk dan melihat bumi tempatku berpijak. Itulah hidup yang sedang kujalani saat ini. Aku melihat sekelilingku dan mendapatkan hidup biasa saja tetapi indah. Ada kesedihan yang menggelayut, ada pula kesenangan yang membayang. Semuanya berimbang walau mungkin berubah menjadi berat sebelah. Namun semuanya tergantung bagaimana kau memandang hidup dan merasa bersyukur.

Aku mencintai hidupku yang demikian asingnya. Aku bangga menjadi "Asmat" yang terbatas dan terisolir. Tak apa-apa. Aku tahu keterbatasan dan ketidakmampuan saat ini yang melilit bukan karena aku tak mampu, melainkan belum saatnya. Belum saatnya aku untuk mencapai langit. Aku mesti mempersiapkan banyak bekal agar nanti disaat aku meraih semua mimpiku, aku tak akan lupa dari mana kuberasal dan terus merasa bersyukur. Apapun itu aku percaya pada diriku sendiri.