Senin, 29 Desember 2008

Aku dan Semesta

Semesta bertindak
Semesta bercakap
Semesta berpikir
Semesta mendengar, dan Semesta berkehendak
Seruan alam berdengung keseluruh jagad
Aku masih sibuk sendirian sambil menulis
Aku ingin mengenang, dikenang, dan terkenang oleh semesta yang selalu dinamis
Aku pada akhirnya hanya ingin bercerita

Senin, 22 Desember 2008

Menyentil Kemanusiaan Kita Lewat HAM

“Peringatan”
Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa
Kalau rakyat bersembunyi
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar
Bila rakyat berani mengeluh
Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan !
(Wiji Thukul)



Manusia. Saya adalah manusia. Aufira Utami adalah manusia. Djohan Rady adalah manusia. Hery Dwi Prasetyo adalah manusia. Taufik Basari adalah manusia. Munir adalah manusia. Begitu pula dengan Raharja Waluya Jati, Nezar Patria, Nani Nurani, Andi Arief, Herman Hendrawan, Petrus Bima Anugrah, Ibu Sumarsih, Wiji Thukul, Pak Bejo, dan mereka yang diberkahi dengan akal pikiran dan hati nurani adalah manusia. Siapa yang menyangkal fakta tak terbantahkan tersebut? Dia? Mereka? Soeharto? Prabowo? atau mungkin mereka semua yang punya “kuasa” atas negeri yang sedang mereka pimpin? Jawabannya: TIDAK! Tidak seorangpun yang dapat menyangkal bahwa saya, kamu, anda, dia,, mereka, kita adalah manusia karena kita memiliki akal pikiran dan terlebih lagi hati nurani.

Manusia. Satu kata itulah yang menyatukan saya, kamu, anda, dia, mereka. Karena kita sama-sama manusia. Keberagaman yang ada dan melekat pada setiap kita entah itu warna kulit, bahasa, ciri fisik, agama, jenis kelamin, kebudayaan, dan seterusnya tidak bisa mereduksi siapa diri kita sesungguhnya, seorang manusia yang memiliki akal pikiran serta hati nurani. Dan itulah yang mendasari segala kebebasan serta kemerdekaan kita. Pada pasal 1 Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia ditekankan bahwa setiap manusia dilahirkan dengan kemerdekaan dan mempunyai martabat serta hak-hak yang sama dengan manusia yang lain tanpa ada pembedaan pun.1 Sehingga tidak ada seorang yang berhak merampas itu semua dari manusia lain tanpa alasa apapun.

Kehidupan masyarakat yang berlandaskan keadilan, kemerdekaan, serta penghormatan atas hak-hak asasi manusia masih merupakan sesuatu yang utopis diwujudkan terutama di negeri yang katanya menjunjung Ke-Bhineka-an di dalam masyarakatnya. Sungguh sesuatu yang amat mustahil terwujud bagi saya. Karena landasan mendasar berupa keadilan, kemerdekaan, serta penghormatan atas hak-hak asasi manusia belum dipenuhi dan dijamin sepenuhnya oleh para penyelenggara negara di negeri yang ber-Bhineka ini. Rakyat belum sepenuhnya, memperoleh hak-haknya; hak untuk hidup layak, hak memperoleh pendidikan, kesehatan, tempat tinggal, hak untuk bekerja, hak untuk mengeluarkan pendapat, hak memperoleh kesamaan hukum dan berbagai macam hak lainnya

Sejarah mencatat bagaimana penegakkan HAM di negeri ini belum mendapatkan tanggapan serius oleh pemerintah, berbagai kasus mengenai pelanggaran HAM yang dilakukan pemerintah terhadap warga negaranya tidak kunjung mendapat kejelasan dan kepastian seperti kasus penculikan dan pemenjaraan banyak orang yang dianggap simpatisan PKI di tahun 1965. Salah seorang diantaranya ialah Ibu Nani Nurani, seorang penyanyi dan penari istana ditahun 60-an, ditangkap dan dipenjarakan selama kurang lebih tujuh tahun tanpa proses pengadilan dan tanpa tahu sebab pasti mengapa dirinya ditangkap, walaupun desas desus yang beredar karena ia dianggap sebagai mata-mata PKI. Selain itu ada juga kasus penembakan misterius di tahun 1983–1984 yang menewaskan lebih dari 300 orang. Kasus penembakan masyarakat sipil di Tanjung Priok tahun 1984, hingga kasus penculikan paksa serta penghilangan para aktivis seperti yang menimpa Raharja Waluya Jati, Andi Arief, Petrus Bima Anugrah, Herman Hendrawan, Wiji Thukul, Yani Avri dan masih banyak lagi yang terjadi ditahun 1996-1998 dimana sebagian diantara mereka masih dinyatakan hilang sampai sekarang.

Sungguh merupakan ironi tersendiri bagi sebuah negara yang menjunjung ke-Bhineka-an dimana menekankan keberagaman sebagai sesuatu yang menyatukan kita semua. Tetapi ternyata ke-Bhineka-an yang dijunjung tersebut dan dijabarkan secara jelas di dalam Pancasila dan UUD 1945 itu hanyalah slogan yang indah diucapkan saja tetapi pahit dalam pelaksanaannya. Buktinya pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia sebagian besar dilakukan oleh negara dengan alatnya yaitu TNI dan polisi yang seharusnya menjamin kebahagiaan hidup serta pemenuhan-pemenuhan hak asasi rakyatnya justru malah membungkamnya.

Para korban pelanggaran HAM tidak hanya tertekan secara psikologis tetapi juga mengalami siksaan fisik, sosial, ekonomi, dan lainnya. Bapak Kaslin Sastrowidjojo merupakan salah seorang korban penangkapan paksa di tahun 1965. Ia dituduh berpihak kepada PKI padahal sebenarnya ia termasuk seorang pahlawan yang telah berjuang jiwa raga demi menjaga keutuhan bangsa. Pada tahun 1945, Pak Kaslin memimpin proklamasi kemerdekaan di Ambarawa. Hingga detik ini Pak Kaslin tidak diketahui nasibnya, apakah sudah meninggal atau tidak. Karena keluarganya tidak pernah tahu apakah Pak Kaslin dibebaskan dari penjara atau tidak. Yang jelas ia menghilang untuk selama-lamanya. Ditangkapnya Pak Kaslin tentu membawa duka tersendiri bagi orang-orang yang menyayanginya, terutama bagi istri dan anaknya, keluarga Pak Kaslin kehilangan tulang punggung mereka. Gaji Pak Kaslin yang sebelumnya bisa diambil oleh anaknya, tiba-tiba saja ditahan dan tidak bisa diambil lagi. Sehingga otomatis keluarga ini kehilangan sumber pendapatannya. Tidak hanya itu, tekanan sosiall yang dialami keluarga Pak Kaslin juga cukup memilukan. Negara pada saat pemerintahan Soeharto sukses menciptakan citra buruk bagi orang-orang “Kiri”. Mereka dianggap sebagai orang yang amat jahat, tidak ber-Tuhan, dan pembunuh. Anak Pak Kaslin, Suswardoyo mendapat perlakuan distrimanatif ketika orang-orang tahu ia adalah anak tapol. Suswardoyo yang masuk AKABRI (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) tidan mendapatkan posisii yang bagus dan pangkatnya tidak pernah naik.2 .

Kisah Pak Kaslin berbeda dengan kisah Raharja Waluya Jati yang sempat menjadi korban penculikan paksa di tahun 1998. Jati ditangkap anggota Kopassus akibat keaktifannya menyuarakan kritikan-kritikan tajam semasa pemerintahan Soeharto. Jati sempat disiksa oleh orang-orang yang menculiknya, dimana ia dipukul bertubi-tubi, disetrum, ditidurkan diatas balok es, dan sebagainya hingga akhirnya dibebaskan.

Berbagai kisah yang dituturkan menjadi bukti bahwa penegakan HAM di Indonesia bukan menjadi prioritas utama bila dibandingkan dengan permasalahan-permasalahan lain yang menimpa Indonesia, seperti Pemilu, Krisis Global, Korupsi dan lain sebagainya. Usman Hamid, koordinator KontraS (Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) mengatakan bahwa kondisi HAM di Indonesia begitu paradoks. Di satu sisi menimbulkan kemajuan, namun disisi lain juga mengalami kemunduran. Kemajuan yang dimaksud oleh Usman Hamid ialah setelah berakhirnya pemerintahan orde baru, Indonesia mulai meratifikasi konvensi-konvensi internasional yang mengangkat isu-isu HAM, selain itu juga adanya pembaharuan peran pemerintah lewat amandemen UUD 1945 dan peraturan pemerintah. Jika sebelum reformasi peran pemerintah dalam hal ini Presiden dan pembantu-pembantunya begitu dominan dan otoriter,, maka setelah reformasi perangkat hukum yang mendukung kekuasaan pemerintah diamandemen dan bahkan dicabut demi tidak terjadi lagi kekuasaan yang begitu otoriter. Sedangkan kemunduran yang terjadi dalam rangka penegakan HAM di Indonesia adalah masih banyaknya kasus-kasus yang belum terselesaikan mulai dari kasus-kasus yang terjadi di tahun 1965 hingga 1998. Hall tersebut menandai bahwa belum cukup keseriusan pemerintah untuk mengusut tuntas peristiwa-peristiwa pelanggaran HAM masa lalu. Peristiwa-peristiwa pelanggaran HAM masih dianggap sebagai sesuatu yang kurang penting. Banyaknya korban hanya dipandang sebatas permasalahan kuantitas semata. Padahal banyak diluar sana keluarga korban pelanggaran HAM yang meminta kejelasan kasus yang menimpa orang terkasih mereka. Status “hilang” yang disandang oleh sebagian korban pelanggaran HAM menimbulkan syok tersendiri bagi keluarga mereka. Ketidakpastian kondisi korban menempatkan keluarga mereka diposisi paling menyakitkan dalam hidup mereka. Harapan itu selalu ada walau kadang padam, tetapi sesungguhnya ia tidak pernah matii hingga sebuah kepastian datang, entah apapun itu.

Merujuk pada berbagai teori mengenai HAM, hampir semua pendapat mengakui bahwa setiap warga negara–manusia- dilahirkan dengan membawa kemerdekaan dan kebebasan. Thomas Hobbes mengakui bahwa asali manusia adalah sama dimana ia bebas atas dirinya. Di dalam kebebasan itu terkandung hak-hak yang dapat membuat manusia saling serang demi kepentingannya sendiri sehingga dihadirkannya peran negara dimana hak-hak tersebut diserahkan sepenuhnya kepada negara. Namun, semua hal itu dilakukan demii kebahagiaan dan ketentraman hidup warga negara-negaranya.3 Berbeda denganHobbes, John Locke juga mengakui bahwa manusia dilahirkan bebas dan merdeka dan sudah menjadi peran serta tugas negara menjaga hak-hak warga negaranya agar tidak terjadi chaos.4 Yang menjadi penekanan disini adalah adanya pengakuan hak-hak serta kebebasan setiap manusia dan peran negara adalah menjaga hak-hak tersebut serta mewujudkan ketentraman dan kesejahteraan hidup seluruh warga negaranya tanpa terkecuali dan ada akses untuk menuju itu.

Jika kita kembali kepada konteks kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia, jelas negara mengingkari sebagian hak-hak warganya diantaranya hak mengungkapkan pendapat, hak hidup bebas, hak untuk mendapat perlakuan yang sama dihadapan hukum, hak kebenaran dan sebagainya. Karena sampai sekarang para korban tidak kunjung memperoleh haknya secara penuh sebagai seorang warga negara. Selain itu para pelaku yang seharusnya dihukum atau diadili dimuka pengadilan sampai sat ini masih bebas berkeliaran. Para penjahat kemanusiaan ini justru kian jumawa karir politiknya. Sebagian dari mereka seperti Wiranto dan Prabowo mencalonkan diri menjadi presiden pada pemilu 2009. sungguh aneh benar bangsa ini! Mereka yang tidak bersalah dan berusaha membela rakyat dari cengkeraman dan kediktatoran pemerintah dituduh subvertif, pengkhianat negara, disiksa, bahkan dibunuh secara keji atas nama stabilisasi bangsa, menjaga harmonisasi bangsa.. Sebenarnya apa itu harmonisasi, apa itu stabilisasi keamanan, apa itu kesatuan dan persatuan atas nama Pancasila dan UUD 1945? Semua itu dilakukan semata-mata demi menjaga wibawa negara di mata rakyatnya. Semua itu kepura-puraan. Semua itu omong kosong! Negara masih berkilah bahwa segala tindakan yang dilakukan demi menjaga kesatuan dan kesatuan bangsa. Bahkan pada salah satu artikel terkait yang dimuat didalam koran KOMPAS tertanggal 19 Desember 2009, menteri pertahanan, Juwono Sudarsono mengatakan bahwa kasus-kasus masa lalu jangan dianggap berlebihan dan dikategorikan sebagai pelanggaran ham berat. Semua itu bersifat anekdotal. Lebih jauh ia mengatakan bahwa apa yang pernah terjadi dulu dalam kaitannya dengan peran TNI dan polisi sudah sesuai dengan prosedur bahwa aparat negara berhak melakukan tindakan-tindakan yang dianggap perlu untuk menjaga stabilisasi bangsa. Menurutnya permasalahan pelanggaran HAM biar menjadi sebatas penilaian publik tanpa perlu dibesar-besarkan. Jadi jika begitu siapakah yang hatus bertanggung jawab atas semua kasus pelanggaran ham yang terjadi kepada warga negaranya jika ngara saja hanya menganggap ini sebagai masalah sepele yang tidak perlu dipusingkan?

Bertolak dari teori Hobbes, mungkin saja segala tindakan yang dilakukan negara demi menjaga stabilitas dan harmonisasi itu dapat dibenarkan. Menurut Hobbes negara yang baik adalah negara yang berkuasa penuh atas warga negaranya dengan tujuan demi menciptakan ketentraman dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Tetapi jika kita kembali kepada kondisi manusia yang sesungguhnya bebas dan merdeka, teori Hobbes itu dapat ditentang. Alasan pemerintah bisa ditentang dan dipertanyakan ulang. Kondisi masyarakat ala Hobbes berbeda dengan kondisi masyarakat sekarang ini yang lebih sadar akan hak dan perannya. Atas alasan apapun negara tidak berhak mengingkari kebebasan warga negaranya yang peduli dengan nasib bangsanya. Universalisme HAM bagaimana pun harus ditegakkan! Indonesia sebagai salah satu negara yang telah meratifikasi berbagai konvensi seputar HAM perlu merealisasikannya. Tidak sekedar cap saja. Hal ini penting bagi masa depan bangsa itu sendiri. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan menjamin pemenuhan hak-hak warganya.

Selesaikanlah kasus-kasus pelanggaran HAM yang dulu pernah terjadi. Kembalikanlah hak-hak mereka yang dirampas seperti hak hidup bebas, hak ekonomi, hak reputasi, hak kebenaran, dan lainnya. Jika kita tetap mau konsisten bahwa Indonesia adalah negara yang berlandaskan hukum sebagai peraturan tertinggi dan bukan berdasarkan atas apa kata penguasa, maka jeratlah orang-orang yang menjadi dalang atas semua peristiwa pelanggaran HAM di masa lalu. Hapuskan segala impunity yang terus dijaga oleh para penguasa. Negeri ini butuh bukti bukan janji. Para korban dan keluarga korban pelanggaran HAM butuh kejelasan dan kepastian. Jangan berikan lagi mereka harapan jika tidak ingin diwujudkan. Mengakui kesalahan masa lalu yang pernah dilakukan negara akan mempersempit jurang kekuasaan itu. Jika perdana menteri Australia, Kevin Rudd dengan berbesar hati mau mengakui kesalahan yang dulu pernah dilakukan pemerintah terhadap suku Abongin, mengapa Indonesia tidak bisa jika katanya negeri ini menjunjung ke-Bhineka-an dan adat budaya bangsa timur yang “dianggap” tahu diri ?


Sumber Acuan :

Patrick Hayden : Philosophy of Human Rights
IKOHI : Mereka yang Hilang dan Mereka yang Ditinggalkan
Suciwati : Reformasi Tanpa Penegakan HAM (Suara Mahasiswa: No. 24 / XV / 2008)
Wawancara dengan Usman Hamid
Wawancara dengan Nani Nurani (13 Desember 2009)
Universalitas HAM: “Beyond Question” olehTaufik Basari, SH, S.Hum, LL.M (2006)
Kesaksian Diantara Ketakutan dan Ketidakpastian oleh Rajarja Waluya Jati.


*tulisan ini saya buat untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah filsafat dan ham dengan dosen Taufik Basari, S.H., S.Hum, LL.M

Harapan itu, harapan siapa?

Kubangun harapan itu yang kemudian berevolusi menjadi cita-cita
Pilarnya ku ingin menarik sebanyak mungkin harapan orang lain yang terkubur hingga yang tampak hanya karat
Kudengar sang arsitek-ayahku-berkata dahulu waktu itu,"Semaikan kebaikan itu dari ladang hatimu sendiri. Adil dan bijaksana adalah hal tersulit untuk dicapai,tetapi kita bisa jika sungguh-sungguh. Biarkan orang lain beroleh manfaat dari apa yang kita berikan selama itu tulus."
Kini kubangun istana itu perlahan, biarlah kujemput nestapa asal mereka tidak kehilangan harapan untuk terus hidup, asalkan mereka masih bisa tersenyum kepada dirinya dan dunia, asalkan hak itu ditegakkan
Untuk semua harapan yang pernah tersemai, ia sesungguhnya menuai
Semoga dapat kubangun cita-cita itu,saudara-saudariku

Senin, 15 Desember 2008

Di kereta ekonomi, hari ini dalam sebuah perjalanan

Sebenarnya apa nilai manusia itu? Seorang bocah lelaki berjalan zig-zag. Bukan untuk melucu! Ia buta. Tongkatnya bermain agak berisik ketika menuntun bocah lelaki itu. Penampilannya sangat sederhana tapi tak teratur. Kukira ia ingin mengemis. Tidak! Tidak, ia tidak mengemis bahkan menengadahkan tangannya pun tidak. Ia ingin duduk. Sekedar itu, tidak lebih. Ketika seorang penjual salak berseru semangat,"salak! Salak!", anak itu membeli satu salak dan dimakannya sendiri dengan raut muka penuh kepolosan dan rasa suka. Saya telah mencoba menarasikan si bocah buta itu. Dan saya menanyakan kembali, siapa dan apa manusia itu?

Minggu, 14 Desember 2008

Perginya Sang Marxist Religius

Salah seorang filsuf hari ini telah meninggalkan kita. Ia adalah Singkop Boas( maaf jika ada kesalahan nama). salah seorang filsuf itu pergi entah kemana, ke suatu tempat baru yang belum pernah kita ketahui karena kita belum pernah benar-benar pergi kesana.

Entah kenapa hati ini sakit dan pedih mendengar kabar duka tersebut. Momen-momen bersama dengan beliau dan juga teman-teman yang lain begitu indah dan lucu untuk dikenang. Narasi pohon pisang yang dikemukakannya terbukti secara ajaib, bahwa pisang rela mengorbankan sebagian dirinya untuk gugur agar tunas yang baru bisa tumbuh lebih baik lagi. Dan pak Boas adalah pohon pisang tersebut. Salah seorang filsuf entah siapa pernah berujar bahwa kehidupan itu adalah mengenai kematian. Kita hidup kemudian mati adalah untuk kelangsungan generasi mendatang. Tak ada manusia yang hidup kekal.

Pak Boas, selamat jalan. Kau adalah Marxist religius yang pernah saya tahu. Pergilah dengan damai dan sesuai dengan apa yang kau yakini. Terimakasih atas segala hal yang telah kau berikan kepadaku, sebuah pelajaran berharga bagaimana menjalani hidup ini dengan semangat dan kerja keras. Saya teringat dengan kata-katamu,"Jadilah seperti orang Jerman yang memulai sesuatu dari yang paling rumit dan jangan jadi orang Indonesia yangs selalu memulai segalanya dari yang paling gampang". Dan aku sedang menjadi orang tersebut, Pak.

Sekali lagi selamat jalan....

Rabu, 10 Desember 2008

Sense, kau jahat!

Lagi-lagi sense menipu. Telak! Mutlak! Absolut! Jika sense yang menipu tidak berkaitan langsung dengan hati dan roh, tak mengapa biar ditipu berapa kalipun. Sense itu penipu! Sense itu telah menipuku. Aku telah ditipu oleh sense. Dan aku meradang! Serasa bodoh dan sakit hati jadinya. Sense, aku terjatuh lagi. Entah harapan apa yang akan kau sodorkan padaku untuk membuatku kembali bangkit?

Rabu, 26 November 2008

Semua "Itu"

Semua berbicara tentang "itu"
Tapi yang semua "itu" tak pernah tersentuh oleh kata mereka
Semua lagi-lagi berbicara tentang "itu"
Tapi lagi-lagi semua "itu" tak terjamah oleh mereka
Apa penting lagi bagi kita membahas semua "itu"?
Jika "itu" semua telah lebur di dalam omong kosong
Kita tidak bertindak atas nama semua "itu"
Kita tidak menyentuh semua "itu"
Lalu untuk apa diperdebatkan jika semua "itu" pergi entah kemana?
Semua hanya bicara "itu" yang omong kosong
"Itu" semua kosong!

Kamis, 20 November 2008

Menyatukan hati lewat KEMANUSIAAN

Kita adalah manusia. Telah terberi oleh-Nya kebebasan dan kesetaraan. Manusia itu satu tapi ia berbeda satu sama lain. Ia sama tapi ia berbeda kehendak dan kepentingan. Ia bebas tapi terikat kuat antara sesamanya. Berbeda dalam keberagaman jika ditinjau dari sejarah lewat perspektif manapun akan menjawab sama bahwa manusia itu bebas dan setara. Kita terikat dengan kemanusiaan yang begitu esensial dan fundamental.

Selasa, 11 November 2008

MATI!!!

TERTARIK,
PUSARAN ITU MENARIK DENGAN KUAT
LENGAN INI, KAKI INI, MUKA INI, FISIK INI TERTARIK
SAKIT INI, SENANG INI, SEDIH INI, JIWA INI TERTARIK

MATI,,,

MATI ITU TAK TERASA
MATI ITU TAK TERUCAPKAN DENGAN KATA
MATI ITU TAK TERDEFINISI
TAPI MATI ITU MENARIK!

MATI,,,

LEBIH DARIPADA HIDUP
LEBIH DARIPADA KEBAHAGIAAN
LEBIH DARIPADA PENDERITAAN
LEBIH DARIPADA MATI ITU SENDIRI

MATI,,,
SEBUAH EKSTASE
SEBUAH PUNCAK
SEBUAH ORGASME
SEBUAH AWAL SEKALIGUS AKHIR

MATI,,,
LEBIH BAIK MATI SAJA

Sabtu, 25 Oktober 2008

aku yang berkehendak

aku yang berkehendak
menggelegak, meluap-luap, bergejolak, berhasrat
intelek ini semakin terisi dan akan penuh, kuharap
jiwa ini semakin liar karena risalah tentang kehendak
Schopenhauer berbisik dalam kepada relung hatiku, mengutuk pelan namun berubah jadi dobrakan dasyat
hanya satu kalimat yang diucapkanny,"Intelek adalah alat mencapai kehendak!"
jadi begitukah maksud Tuhan yang sebenarnya tentang kita, Manusia?
Kehendak, hanya kehendak kita dapat terus hidup hingga saat ini

aku yang berkehendak
bertindak, berlaku untuk mencapai kehendak yang menggelegak dalam hidupku
aku meraih intelek itu untuk memuluskanku mencapai kehendakku itu
oh, betapa manisnya kehendak itu berubah rupa pada setiap subjek
ia individual bukan komunal
lewat kehendak, kita bebas melakukan apapun atas alasan-alasan yang kita buat sendiri agar terlihat rasional

aku yang berkehendak, menggelegak
menandang kalian yang juga punya kehendak
mari kita saling berperang demi mengakhiri semuanya
menuju mati yang kali ini bukan kehendak kita!

Minggu, 28 September 2008

kecewa karena tuhan

apa itu menjadi manusia?
cuma segumpal daging dan tulang
bosan dengan metafisika
butuh fakta! bukan teori semu!
tuhan, ada di mana dirimu?
unpersonal atau personal?
ada atau tidak sosokmu?
aku butuh jawaban!!
hidup macam apa yang kau berkahi pada manusia yang memiliki akal dan hati?
jika diantara dua itu saja masih ada kontradiksi
jadi, hati dan akal itu berteman atau saling bermusuhan, hei tuhan?
keparat, aku masih tidak mengerti tentang apapun!
orang berbicara tentang doktrin agama masing-masing
bahwa ada neraka dan surga di atas sana
dimana, tuhan?
apa iya ada?
jangan bohongi manusia lagi, sakit hati tahu!
aku masih ingin mempercayaimu karena risalah ayah
aku melihat orang lain dan aku ingin menangis
kenpa kau menciptakan hidup begini jomplang
kaya-miskin, baik-buruk,mewah-sengsara,hartawan-pengemis
masih juga kau ciptakan perbedaab antara pria-wanita
aku menuntut penjelasanmu tentang janji surga
surga hanya untuk pria sebagai pemuas nafsu birahi mereka
namun kau jebloskan wanita ke dalam neraka karena mereka kau bilang banyak melakukan kesalahan
padahal kamilah korban birahi para pria!
kau egois, kau seperti pria saja
jadi jijik aku dengan diriku

Sabtu, 06 September 2008

RAMADHAN: Kemanusiaan yang Tidak Memanusiakan

Tidak benar juga jika dikatakan demikian mengenai ramadhan. Namun yang hendak saya kritisi disini adalah manusia yang memaknai ramadhan menurut konsep mayoritas. Mengapa dikatakan menurut konsep mayoritas? Karena menurut saya, bulan ramadhan yang datang sebulan sekali dalam kalender hijriah dipandang sebagai bulan yang penuh berkah, ampunan, maqfiroh, dan segala macam puji-pujian yang baik bagi bulan ini. Menurut kaum mayoritas muslim, di bulan ini pula segala macam perbuatan berlipat ganda konsekuensinya(pahala dan dosa). Melakukan perbuatan buruk maka akan mendapatkan dosa yang berlipat nilainya, dan begitu pun sebaliknya jika melakukan perbuatan baik, maka akan mendapat pahala yang juga tak kalah berlipat gandanya.
Sungguh ajaib interpretasi orang-orang dalam menyikapi fenomena bulan ramadhan ini, sehingga merubah pandangan orang tentang baik-buruk sehingga lupa pada esensi perbuatan yang dilakukan yaitu ketulusan. Sebagai contoh, di bulan ramadhan ini, manusia berlomba-lomba melakukan kebajikan dengan bersedekah kepada fakir miskin, anak-anak yatim, dan lain sebagainya agar diberi pahala yang berlimpah dari Tuhan-walaupun saya lebih suka mengenai pendapat tentang salah satu janji Tuhan bahwa Ia akan melipatgandakan harta mereka yang mau menderma. Disinilah yang perlu dikritisi sebenarnya oleh kita apalagi yang mengaku beriman. Mengapa hanya di bulan ramadhan saja kebaikan itu diobral besar-besaran? Mengapa hanya di bulan ramadhan saja kaum minoritas mendapat perhatian yang seharusnya mereka dapatkan pula dibulan-bulan lain? Mengapa kita baru terbuka matanya melihat penderitaan kaum minoritas di saat bulan ramadhan saja? Mengapa hanya dibulan ramadhan kita mulai Me-manusiakan manusia lainnya? Mengapa demikian?
Setiap manusia dilahirkan dengan membawa kebebasan dan martabat yang sama. kita diberkahi oleh hati dan pikiran untuk memuliakan manusia lainnya. Karena kita semua adalah saudara apapun perbedaan yang ada. Seharusnya ini yang kita pegang dalam hidup. Bahwa memanusiakan manusia harus terjadi setiap saat, setiap hari dalam kehidupan kita. Mengharapkan segala bentuk hadiah dan janji-janji dari Tuhan sekalipun seharusnya dijadikan tamparan bagi diri kita bahwa sebenarnya Tuhan menegur kita secara halus. Memanusiakan manusia adalah kewajiban kita, siapapun yang mengaku manusia.
Jika saya terlalu berlebihan dalam menyikapi apa yang terjadi maka saya tidak perlu meminta maaf kepada siapapun, karena berkah kebebasan yang saya miliki. Mari kita memulai untuk memberikan sesuatu untuk yang lainnya, karena hidup itu mengenai memberikan sesuatu kepada yang lain-manusia maupun alam- agar tecipta suatu keteraturan.

Minggu, 10 Agustus 2008

Senja Datang Telat Hari Ini

Di ufuk sebelah barat, ia tak kunjung datang

Rupanya senja datang telat hari ini

Tak tahu mengapa dan bagaimana, aku terbenam lagi dalam alunan senandungnya

Berkurang sudah rasa ini, tak segempita biasanya

Sakitnya juga tak terasa

Senja, ku tunggu dirimu tenggelam hari ini di sisi sebelah barat

Kubenamkan seluruh jiwa raga di tanah ini, biarkan aku pulang, senja

Biar kuperbaiki diri ini dan akan kumulai lagi semua perjalanan dari awal

Bersama hati aku menjemput senja yang datang telat hari ini

Jumat, 08 Agustus 2008

Metafisika Hidup

Metafisika hidup! Saya memang belum paham betul mengenai metafisika secara keseluruhan. Namun,terlepas dari semua itu metafisika hidup lebih mengarah kepada hal-hal yang kadang kita tidak mengerti apa sebab dan akibatnya namun terjadi begitu saja. Hidup adalah sebuah perjalanan panjang yang tak tahu pasti dimana ujungnya. Perjalanan menuntut k0nsistensi sang pejalan untuk terus melanjutkannya sampai akhir,apa pun yang terjadi. Kehadiran dan kepergian berbagai hal sebenarnya memiliki sebuah kado tersendiri yang luar biasa ajaib. Ia sebuah metafisika karena kita tidak pernah menyadari bahwa ia ada. Ia tak berwujud,namun ia menyimpan berbagai penafsiran yang harus dicermati secara bijaksana. Kita meman tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di depan. Tetapi kita bisa belajar dari masa lalu untuk melangkah lebih baik lagi. Hidup itu sempurna,kawan. Sesempurna kau membayangkannya. Atas segala hal yang telah terjadi dalam hidupmu, ia terbingkai istimewa. Saat kau membukanya kau akan tersenyum.

Senin, 04 Agustus 2008

euforia, euforia. euforia

aku kembali terbentur dan dihadapkan dengan euforia berbagai hal
entahlah, yang sekarang mendominasi pikiran dan hati adalah masalah yang yah, kalian taulah-lagi2 CINTA, lagi2 CINTA
bosan tapi mau bagaimana lagi
cinta itu egosentris, tak terprediksi, tak terjamah dengan akal sehat
semoga permasalahan ini tak terlalu lama hinggap padaku karena aku masih harus mengkaji kehidupan ini menurut kacamata seorang fitri

Jumat, 25 Juli 2008

AKU MASIH SAYANG AYAH

Jika seseorang bertanya siapa orang yang paling menginspirasi diriku saat ini, kemarin, maupun yang akan datang, maka dengan bangga aku katakan orang itu adalah AYAH-ku paling tampan seluruh dunia dan nomor satu seluruh jagad. Ini bukan tentang Oediphus, kawan. Tidak sama sekali. Aku sayang ayahku melebihi apapun. Itu dapat kubenarkan secara harfiah. Ia adalah pusat tata suryaku untuk selamanya. Aku menganggapnya sebagai seorang ayah, seorang sahabat, seorang saudara, seorang guru, dan seorang musuh sekaligus. Aku masih ingat saat-saat bersamanya. Dalam kesendirian, aku mengingat dan merindukan ayah selalu, tetapi dalam keramaian suasana, aku mengelak untuk membicarakannya. Aku terlalu sakit untuk berbagi rasa sayang dan rindu ini kepada orang-orang disekitarku. Ayah memang telah pergi menuju alamnya yang lain. Itu tak masalah buatku sebenarnya. Kenangan ini yang membuatku belum bisa menerima kepergiannya. Aku tahu aku kesayangan ayah, karena ayah adalah kesayanganku juga. Aku tidak menyesal kau pergi meninggalkan aku, Yah. karena dibalik ini semua telah kau bingkiskan kisah hidup yang begitu indah untuk terus kujalani. Aku masih sayang ayah, untuk selamanya...

frase patah hati

jahat!!
ia jahat dan berkuasa atas ini
ini hati untuk sekian kali kembali patah,, kedumrangan
prang,prang,,berserak-serak
MALAS!!! Bosan ini orang menyapunya atau mungkin menyusun kembali yang sudah hancur
hancur ya hancur, titik
siapa punya hidup ini
tak adil kataku
walau begitu kukatakan hidup ini lumayan sempurna juga
selamat tinggal yang kesekian kalinya
sudahlah, wong sudah biasa barangkali

Selasa, 15 Juli 2008

semua belum cukup untuk semua

hh, entahlah, dalam hidup yang berkontemplasi dengan sang waktu(akhir2 ini gw mengagumi DIA karena telah memberikan aku waktu) ada beberapa hal krusial sebenarnya. Ini masalah pilihan yang tanpa sadar butuh banyak pertimbangan untuk memutuskannya. entah apa pikiran orang banyak dalam menyikapi hidup, sesuatu yang penuh dengan rancangan dan rencana hebat demi memakmurkan kehidupan pribadi atau mungkin kita beralih seperti kaum agamais yang mencari2 Tuhan itu?? Sesempurna apa kehidupan itu? Mengapa ia hendak mencoba menyadarkan orang lain bahwa dirinya hebat? bagaimana dengan orang2 cain yang sebagian memberontak pada dewa2 sok keren lalu berusaha menghilangkan eksistensi kedewaan mereka dengan berusaha mengalihkannya? Kita hidup hanya sekali, itu pun masih diberatkan dengan hal2 remeh temeh lainnya. Ya, hidup itu sempurna, kawan.

cemen lo, fit!!!

hahaha,,rasanya lumayan menghina diri sendiri. Yah, sebagai penghibur hati yang lara aja(mungkin salah satu bentuk penyangkalan diri atas diri sendiri sama yang kayak opung Albert Camus bilang di D REBEL-nya???)
habis mw gimana lagi, klo masalah cinta-cintaan sama yang berhubungan dengan hati dan ego gw pasti kalah telak! Belom bertanding aja gw udah ngibarin bendera putih tanda nyerah. cemen banget ya gw??? Yah, emang gitu c. Lo mau bilang apa kek, blablabla,,,gw tetep aja bingung ngakalin kelemahan gw ini. its,, padahal,kali aja c nasib itu ternyata sesuatu yang baik dan akhirnya memuluskan harapan2 gw itu. Dasar fitri c cemen!

Senin, 07 Juli 2008

time

i have the time. A long time. But sometimes i didn't aware that i have the time. Or i try to run from the time which had make me trap in this world? time is never gonna change, but i am. I grow up with the lord time. But i always forget about that. in spite of, time is such things that never gone. With the lord time i have much memory to remember and lear. I have some anger and afraid of things. I have much happiness, too. I have love for I'll give to everyone.

Rabu, 25 Juni 2008

biarkan aku berlabuh dan merasakan nikmatnya berteduh

aku telah lam berlari. sejauh yang aku ingat belum sampai aku mengucapkan"AKU MENYERAH!"
padahal, entah berapa lama lagi waktu tersisa untukku. ini bukan seurat wasiat, kawan. tidak, aku belum ingin mati.
tapi kurasa mati itu solusi yang boleh juga. nanti, jiga aku sudah eling, Mungkin iya aku mati saja.
ini persoalan hati, bung! susah payah aku mencoba mengerti tapi ya ndak mengerti juga pada akhirnya. Wong, hati itu kan permasalahan EGO!!!
Hhhh..capel lho saya ini. inging rasanya berhenti berlari dan melabuhkan diri dari semua hal yang berbau CINTA!!! saya ingin bersandar padanya dan beristirahat sejenak atau mungkin selama-lamanya kalau perlubiar gak capek. tapi siapa yang bersedia menawarkan diri untuk mencintai saya apa adanya...
hahahaha,,, salah deng! yang benar siapa orang yang kiranya berhasil melawan dan menundukkan hari saja yang cuma satu-satunya itu???

jika anda mengetahui jawabannya harap laporkan pada saya