Senin, 22 Desember 2008

Harapan itu, harapan siapa?

Kubangun harapan itu yang kemudian berevolusi menjadi cita-cita
Pilarnya ku ingin menarik sebanyak mungkin harapan orang lain yang terkubur hingga yang tampak hanya karat
Kudengar sang arsitek-ayahku-berkata dahulu waktu itu,"Semaikan kebaikan itu dari ladang hatimu sendiri. Adil dan bijaksana adalah hal tersulit untuk dicapai,tetapi kita bisa jika sungguh-sungguh. Biarkan orang lain beroleh manfaat dari apa yang kita berikan selama itu tulus."
Kini kubangun istana itu perlahan, biarlah kujemput nestapa asal mereka tidak kehilangan harapan untuk terus hidup, asalkan mereka masih bisa tersenyum kepada dirinya dan dunia, asalkan hak itu ditegakkan
Untuk semua harapan yang pernah tersemai, ia sesungguhnya menuai
Semoga dapat kubangun cita-cita itu,saudara-saudariku

Senin, 15 Desember 2008

Di kereta ekonomi, hari ini dalam sebuah perjalanan

Sebenarnya apa nilai manusia itu? Seorang bocah lelaki berjalan zig-zag. Bukan untuk melucu! Ia buta. Tongkatnya bermain agak berisik ketika menuntun bocah lelaki itu. Penampilannya sangat sederhana tapi tak teratur. Kukira ia ingin mengemis. Tidak! Tidak, ia tidak mengemis bahkan menengadahkan tangannya pun tidak. Ia ingin duduk. Sekedar itu, tidak lebih. Ketika seorang penjual salak berseru semangat,"salak! Salak!", anak itu membeli satu salak dan dimakannya sendiri dengan raut muka penuh kepolosan dan rasa suka. Saya telah mencoba menarasikan si bocah buta itu. Dan saya menanyakan kembali, siapa dan apa manusia itu?

Minggu, 14 Desember 2008

Perginya Sang Marxist Religius

Salah seorang filsuf hari ini telah meninggalkan kita. Ia adalah Singkop Boas( maaf jika ada kesalahan nama). salah seorang filsuf itu pergi entah kemana, ke suatu tempat baru yang belum pernah kita ketahui karena kita belum pernah benar-benar pergi kesana.

Entah kenapa hati ini sakit dan pedih mendengar kabar duka tersebut. Momen-momen bersama dengan beliau dan juga teman-teman yang lain begitu indah dan lucu untuk dikenang. Narasi pohon pisang yang dikemukakannya terbukti secara ajaib, bahwa pisang rela mengorbankan sebagian dirinya untuk gugur agar tunas yang baru bisa tumbuh lebih baik lagi. Dan pak Boas adalah pohon pisang tersebut. Salah seorang filsuf entah siapa pernah berujar bahwa kehidupan itu adalah mengenai kematian. Kita hidup kemudian mati adalah untuk kelangsungan generasi mendatang. Tak ada manusia yang hidup kekal.

Pak Boas, selamat jalan. Kau adalah Marxist religius yang pernah saya tahu. Pergilah dengan damai dan sesuai dengan apa yang kau yakini. Terimakasih atas segala hal yang telah kau berikan kepadaku, sebuah pelajaran berharga bagaimana menjalani hidup ini dengan semangat dan kerja keras. Saya teringat dengan kata-katamu,"Jadilah seperti orang Jerman yang memulai sesuatu dari yang paling rumit dan jangan jadi orang Indonesia yangs selalu memulai segalanya dari yang paling gampang". Dan aku sedang menjadi orang tersebut, Pak.

Sekali lagi selamat jalan....

Rabu, 10 Desember 2008

Sense, kau jahat!

Lagi-lagi sense menipu. Telak! Mutlak! Absolut! Jika sense yang menipu tidak berkaitan langsung dengan hati dan roh, tak mengapa biar ditipu berapa kalipun. Sense itu penipu! Sense itu telah menipuku. Aku telah ditipu oleh sense. Dan aku meradang! Serasa bodoh dan sakit hati jadinya. Sense, aku terjatuh lagi. Entah harapan apa yang akan kau sodorkan padaku untuk membuatku kembali bangkit?

Rabu, 26 November 2008

Semua "Itu"

Semua berbicara tentang "itu"
Tapi yang semua "itu" tak pernah tersentuh oleh kata mereka
Semua lagi-lagi berbicara tentang "itu"
Tapi lagi-lagi semua "itu" tak terjamah oleh mereka
Apa penting lagi bagi kita membahas semua "itu"?
Jika "itu" semua telah lebur di dalam omong kosong
Kita tidak bertindak atas nama semua "itu"
Kita tidak menyentuh semua "itu"
Lalu untuk apa diperdebatkan jika semua "itu" pergi entah kemana?
Semua hanya bicara "itu" yang omong kosong
"Itu" semua kosong!

Kamis, 20 November 2008

Menyatukan hati lewat KEMANUSIAAN

Kita adalah manusia. Telah terberi oleh-Nya kebebasan dan kesetaraan. Manusia itu satu tapi ia berbeda satu sama lain. Ia sama tapi ia berbeda kehendak dan kepentingan. Ia bebas tapi terikat kuat antara sesamanya. Berbeda dalam keberagaman jika ditinjau dari sejarah lewat perspektif manapun akan menjawab sama bahwa manusia itu bebas dan setara. Kita terikat dengan kemanusiaan yang begitu esensial dan fundamental.

Selasa, 11 November 2008

MATI!!!

TERTARIK,
PUSARAN ITU MENARIK DENGAN KUAT
LENGAN INI, KAKI INI, MUKA INI, FISIK INI TERTARIK
SAKIT INI, SENANG INI, SEDIH INI, JIWA INI TERTARIK

MATI,,,

MATI ITU TAK TERASA
MATI ITU TAK TERUCAPKAN DENGAN KATA
MATI ITU TAK TERDEFINISI
TAPI MATI ITU MENARIK!

MATI,,,

LEBIH DARIPADA HIDUP
LEBIH DARIPADA KEBAHAGIAAN
LEBIH DARIPADA PENDERITAAN
LEBIH DARIPADA MATI ITU SENDIRI

MATI,,,
SEBUAH EKSTASE
SEBUAH PUNCAK
SEBUAH ORGASME
SEBUAH AWAL SEKALIGUS AKHIR

MATI,,,
LEBIH BAIK MATI SAJA