Minggu, 25 Juli 2010

Menangkup Warna

Ayah, banyak warna di dunia ini
berkumparan bagai kunang-kunang
tetapi pelitanya lebih semarak
Banyak yang mesti diteguk saat berjumpa telaga
karena rasa air tak sekedar biasa
banyak yang tercecap lama dalam lidah
walau tak bertahan selamanya

Ayah, bahagia itu menyadari
menerima diri lebih dan kurang
dan melihat sekitar
Mereka bilang,"sesuatu baru berarti saat tak lagi ada"
Sebagian menyesal
Sisanya bersyukur
Beberapa mulai sadar dan berbenah diri

Ayah, kita tak selalu mampu meraba masa
menggenggam impian dan hilang begitu saja
Aku melihat banyak asap membumbung ke angkasa
dan rona mulai berpendar, redup
Di dunia ini banyak warna
menangkup segala rasa
luar biasa
Aku ternganga-nganga

Ayah, warna apa yang ingin kutangkup?
Warna apa yang harus kuteguk agar hidup tak lagi absurd?
Aku menyukai hijau tapi tak tahu harus apa
untuk memercikinya pada jalan yang terbentang dihadapanku

Ayah, katamu dulu jangan pernah menyerah
dan terus lihat arah
Di dunia ini banyak warna
Tapi mengapa kadang sulit, kadang bergairah?

Tetapi katamu,"tak apa-apa"
sambil tersenyum mengusap kepalaku
Aku tahu kau pun menyadari bahwa banyak warna di dunia ini, ayah
dan kau percaya padaku sepenuhnya untuk memilih warna yang kusuka

Tidak ada komentar: