Rabu, 26 November 2008

Semua "Itu"

Semua berbicara tentang "itu"
Tapi yang semua "itu" tak pernah tersentuh oleh kata mereka
Semua lagi-lagi berbicara tentang "itu"
Tapi lagi-lagi semua "itu" tak terjamah oleh mereka
Apa penting lagi bagi kita membahas semua "itu"?
Jika "itu" semua telah lebur di dalam omong kosong
Kita tidak bertindak atas nama semua "itu"
Kita tidak menyentuh semua "itu"
Lalu untuk apa diperdebatkan jika semua "itu" pergi entah kemana?
Semua hanya bicara "itu" yang omong kosong
"Itu" semua kosong!

Kamis, 20 November 2008

Menyatukan hati lewat KEMANUSIAAN

Kita adalah manusia. Telah terberi oleh-Nya kebebasan dan kesetaraan. Manusia itu satu tapi ia berbeda satu sama lain. Ia sama tapi ia berbeda kehendak dan kepentingan. Ia bebas tapi terikat kuat antara sesamanya. Berbeda dalam keberagaman jika ditinjau dari sejarah lewat perspektif manapun akan menjawab sama bahwa manusia itu bebas dan setara. Kita terikat dengan kemanusiaan yang begitu esensial dan fundamental.

Selasa, 11 November 2008

MATI!!!

TERTARIK,
PUSARAN ITU MENARIK DENGAN KUAT
LENGAN INI, KAKI INI, MUKA INI, FISIK INI TERTARIK
SAKIT INI, SENANG INI, SEDIH INI, JIWA INI TERTARIK

MATI,,,

MATI ITU TAK TERASA
MATI ITU TAK TERUCAPKAN DENGAN KATA
MATI ITU TAK TERDEFINISI
TAPI MATI ITU MENARIK!

MATI,,,

LEBIH DARIPADA HIDUP
LEBIH DARIPADA KEBAHAGIAAN
LEBIH DARIPADA PENDERITAAN
LEBIH DARIPADA MATI ITU SENDIRI

MATI,,,
SEBUAH EKSTASE
SEBUAH PUNCAK
SEBUAH ORGASME
SEBUAH AWAL SEKALIGUS AKHIR

MATI,,,
LEBIH BAIK MATI SAJA

Sabtu, 25 Oktober 2008

aku yang berkehendak

aku yang berkehendak
menggelegak, meluap-luap, bergejolak, berhasrat
intelek ini semakin terisi dan akan penuh, kuharap
jiwa ini semakin liar karena risalah tentang kehendak
Schopenhauer berbisik dalam kepada relung hatiku, mengutuk pelan namun berubah jadi dobrakan dasyat
hanya satu kalimat yang diucapkanny,"Intelek adalah alat mencapai kehendak!"
jadi begitukah maksud Tuhan yang sebenarnya tentang kita, Manusia?
Kehendak, hanya kehendak kita dapat terus hidup hingga saat ini

aku yang berkehendak
bertindak, berlaku untuk mencapai kehendak yang menggelegak dalam hidupku
aku meraih intelek itu untuk memuluskanku mencapai kehendakku itu
oh, betapa manisnya kehendak itu berubah rupa pada setiap subjek
ia individual bukan komunal
lewat kehendak, kita bebas melakukan apapun atas alasan-alasan yang kita buat sendiri agar terlihat rasional

aku yang berkehendak, menggelegak
menandang kalian yang juga punya kehendak
mari kita saling berperang demi mengakhiri semuanya
menuju mati yang kali ini bukan kehendak kita!

Minggu, 28 September 2008

kecewa karena tuhan

apa itu menjadi manusia?
cuma segumpal daging dan tulang
bosan dengan metafisika
butuh fakta! bukan teori semu!
tuhan, ada di mana dirimu?
unpersonal atau personal?
ada atau tidak sosokmu?
aku butuh jawaban!!
hidup macam apa yang kau berkahi pada manusia yang memiliki akal dan hati?
jika diantara dua itu saja masih ada kontradiksi
jadi, hati dan akal itu berteman atau saling bermusuhan, hei tuhan?
keparat, aku masih tidak mengerti tentang apapun!
orang berbicara tentang doktrin agama masing-masing
bahwa ada neraka dan surga di atas sana
dimana, tuhan?
apa iya ada?
jangan bohongi manusia lagi, sakit hati tahu!
aku masih ingin mempercayaimu karena risalah ayah
aku melihat orang lain dan aku ingin menangis
kenpa kau menciptakan hidup begini jomplang
kaya-miskin, baik-buruk,mewah-sengsara,hartawan-pengemis
masih juga kau ciptakan perbedaab antara pria-wanita
aku menuntut penjelasanmu tentang janji surga
surga hanya untuk pria sebagai pemuas nafsu birahi mereka
namun kau jebloskan wanita ke dalam neraka karena mereka kau bilang banyak melakukan kesalahan
padahal kamilah korban birahi para pria!
kau egois, kau seperti pria saja
jadi jijik aku dengan diriku

Sabtu, 06 September 2008

RAMADHAN: Kemanusiaan yang Tidak Memanusiakan

Tidak benar juga jika dikatakan demikian mengenai ramadhan. Namun yang hendak saya kritisi disini adalah manusia yang memaknai ramadhan menurut konsep mayoritas. Mengapa dikatakan menurut konsep mayoritas? Karena menurut saya, bulan ramadhan yang datang sebulan sekali dalam kalender hijriah dipandang sebagai bulan yang penuh berkah, ampunan, maqfiroh, dan segala macam puji-pujian yang baik bagi bulan ini. Menurut kaum mayoritas muslim, di bulan ini pula segala macam perbuatan berlipat ganda konsekuensinya(pahala dan dosa). Melakukan perbuatan buruk maka akan mendapatkan dosa yang berlipat nilainya, dan begitu pun sebaliknya jika melakukan perbuatan baik, maka akan mendapat pahala yang juga tak kalah berlipat gandanya.
Sungguh ajaib interpretasi orang-orang dalam menyikapi fenomena bulan ramadhan ini, sehingga merubah pandangan orang tentang baik-buruk sehingga lupa pada esensi perbuatan yang dilakukan yaitu ketulusan. Sebagai contoh, di bulan ramadhan ini, manusia berlomba-lomba melakukan kebajikan dengan bersedekah kepada fakir miskin, anak-anak yatim, dan lain sebagainya agar diberi pahala yang berlimpah dari Tuhan-walaupun saya lebih suka mengenai pendapat tentang salah satu janji Tuhan bahwa Ia akan melipatgandakan harta mereka yang mau menderma. Disinilah yang perlu dikritisi sebenarnya oleh kita apalagi yang mengaku beriman. Mengapa hanya di bulan ramadhan saja kebaikan itu diobral besar-besaran? Mengapa hanya di bulan ramadhan saja kaum minoritas mendapat perhatian yang seharusnya mereka dapatkan pula dibulan-bulan lain? Mengapa kita baru terbuka matanya melihat penderitaan kaum minoritas di saat bulan ramadhan saja? Mengapa hanya dibulan ramadhan kita mulai Me-manusiakan manusia lainnya? Mengapa demikian?
Setiap manusia dilahirkan dengan membawa kebebasan dan martabat yang sama. kita diberkahi oleh hati dan pikiran untuk memuliakan manusia lainnya. Karena kita semua adalah saudara apapun perbedaan yang ada. Seharusnya ini yang kita pegang dalam hidup. Bahwa memanusiakan manusia harus terjadi setiap saat, setiap hari dalam kehidupan kita. Mengharapkan segala bentuk hadiah dan janji-janji dari Tuhan sekalipun seharusnya dijadikan tamparan bagi diri kita bahwa sebenarnya Tuhan menegur kita secara halus. Memanusiakan manusia adalah kewajiban kita, siapapun yang mengaku manusia.
Jika saya terlalu berlebihan dalam menyikapi apa yang terjadi maka saya tidak perlu meminta maaf kepada siapapun, karena berkah kebebasan yang saya miliki. Mari kita memulai untuk memberikan sesuatu untuk yang lainnya, karena hidup itu mengenai memberikan sesuatu kepada yang lain-manusia maupun alam- agar tecipta suatu keteraturan.

Minggu, 10 Agustus 2008

Senja Datang Telat Hari Ini

Di ufuk sebelah barat, ia tak kunjung datang

Rupanya senja datang telat hari ini

Tak tahu mengapa dan bagaimana, aku terbenam lagi dalam alunan senandungnya

Berkurang sudah rasa ini, tak segempita biasanya

Sakitnya juga tak terasa

Senja, ku tunggu dirimu tenggelam hari ini di sisi sebelah barat

Kubenamkan seluruh jiwa raga di tanah ini, biarkan aku pulang, senja

Biar kuperbaiki diri ini dan akan kumulai lagi semua perjalanan dari awal

Bersama hati aku menjemput senja yang datang telat hari ini